Hai readers, adakah di sini yang memiliki minat mengenai
geografi kehidupan? Kita bahas bersama yuk.
Pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana makhluk hidup bisa
tersebar sedemikian luas di muka bumi ini? Atau pernahkan kalian berfikir
bagaimana bisa kita tinggal di planet yang sama, tapi bahkan hanya antar Negara
bisa memiliki iklim yang berbeda-beda? Atau ada banyak pertanyaan geografi kehidupan
lainnya? Ayo kita ulas bersama J
Terjadinya keanekaragaman makhluk hidup ditentukan
oleh berbagai hal, antara lain sebagai berikut.
a.
Proses Perkembangan Makhluk Hidup (Evolusi)
Dalam
masa kehidupan suatu jenis makhluk hidup terjadi proses perkembangan dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih sempurna. Perubahan tersebut terjadi
secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang sangat lama guys
b.
Seleksi Alam
Seleksi
alam adalah penyaringan suatu lingkungan hidup oleh alam sehingga yang tetap
tinggal hanyalah makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri. Yang terkuat belum
tentu dapat bertahan, yang bertahan adalah dia yang mampu beradaptasi dengan
alam.
c.
Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan (Adaptasi)
Jika
suatu makhluk hidup ingin tetap tinggal hidup maka dia harus mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan di sekitarnya.
Lalu
bagaimana suatu iklim antar wilayah dapat berbeda-beda?
Klasifikasi
Iklim
Untuk
mengetahui tipe iklim suatu tempat, diperlukan rata-rata data cuaca tahunan
seperti suhu, kelembapan udara, pola angin, dan curah hujan minimal 10–30
tahun. Selain data cuaca, indikasi lain yang dapat dijadikan salah satu penentu
tipe iklim adalah vegetasi alam (tetumbuhan) yang mendominasi suatu daerah, misalnya
hutan tropis, hutan gugur daun, atau vegetasi konifer (hutan berdaun jarum).
Banyak para ahli ilmu cuaca dan iklim yang mencoba membuat klasifikasi iklim
dengan berbagai dasar dan keperluan.
1.
Iklim Matahari
Sistem
penggolongan iklim Matahari didasarkan atas gerakan semu tahunan Matahari
antara lintang 23½°LU–23½°LS. Daerahdaerah yang terletak di antara garis
lintang tersebut menerima intensitas penyinaran Matahari yang maksimal,
sehingga rata-rata suhu udara harian dan tahunannya tinggi. Adapun
wilayah-wilayah lainnya mendapat penyinaran Matahari secara bervariasi. Oleh
karena itu, dalam sistem klasifikasi iklim Matahari, posisi lintang suatu
tempat sangat menentukan tipe iklimnya.
2. Iklim Koppen
Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem peng golongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan. Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf. Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan. Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.
Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem peng golongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan. Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf. Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan. Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.
a. Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata kelembapan udara senantiasa tinggi.
b. Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata proses penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan curah hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.
c. Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan yang melebihi ratarata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan winter).
d. Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.
e. Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas yang jelas.
Huruf kedua menunjukkan tingkat kelembapan, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. Untuk tipe iklim A, C, dan D huruf keduanya antara lain:
a. huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering;
b. huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim dingin (winter);
c. huruf s menandai periode musim kering jatuh pada musim panas (summer);
d. huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya musim kering yang jelas walaupun periodenya pendek.
Khusus untuk tipe iklim B, huruf keduanya adalah:
a. huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm – 760 mm.
3. Iklim Schmidt-Ferguson
Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian iklim ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan basah, lembap, dan bulan kering.
Bulan kering adalah bulan-bulan
yang memiliki tebal curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembap adalah
bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan antara 60 mm–100 mm. Bulan
basah adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan lebih dari
100 mm.
4. Iklim Junghuhn
Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat
penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.
a. Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
b. Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
c. Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.
d. Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
e. Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat
penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.
a. Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
b. Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
c. Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.
d. Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
e. Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
Kemudian, bagaimana
hewan-hewan yang ada di tiap wilayah memiliki jenis yang berbeda-beda?
Persebaran
menurut Wallace & Weber
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa persebaran hewan atau fauna yang ada di Indonesia dibagi atas tiga bagian. Pesebaran ini dikelompokan berdasarakan pengamatan serta garis persebaran yang dibuat oleh Wallace dan Weber.Fauna yang ada di persebaran wilayah Indonesia bagian barat memiliki ciri atau tipe seperti halnya fauna di daerah Asia sehingga disebut tipe fauna Asiatis (Asiatic).
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa persebaran hewan atau fauna yang ada di Indonesia dibagi atas tiga bagian. Pesebaran ini dikelompokan berdasarakan pengamatan serta garis persebaran yang dibuat oleh Wallace dan Weber.Fauna yang ada di persebaran wilayah Indonesia bagian barat memiliki ciri atau tipe seperti halnya fauna di daerah Asia sehingga disebut tipe fauna Asiatis (Asiatic).
Fauna
yang ada di wilayah Indonesia bagian timur memiliki ciri atau tipe yang mirip
dengan fauna yang hidup di Benua Australia sehingga disebut tipe fauna
Australis (Australic). Fauna yang ada di wilayah Indonesia bagian tengah
merupakan fauna peralihan yang ciri atau tipenya berbeda dengan fauna Asiatis
maupun Australis. Faunanya memiliki ciri tersendiri yang tidak ditemukan di
tempat lainnya di daerah Indonesia. Fauna tipe ini di sebut fauna endemik.
|
|
Alfred Russel Wallace (1823-1913) adalah seorang penjelajah & ahli ilmu alam,geografi, antropologi, dan biologi yang membagi persebaran flora Indonesia dan fauna menjadi dua bagian besar. Bagian pertama, yang terletak di wilayah Indonesia bagian barat, memiliki persebaran ciri flora dan fauna yang mirip dengan persebaran flora dan fauna Asia.
Bagian
timur Indonesia memiliki ciri flora & fauna yang mirip dengan Australia.
Garis yang memisahkan persebaran dua bagian flora & fauna Indonesia
tersebut dikenal dengan nama Garis Wallace membatasi wilayah persebaran untuk
fauna pada barat & Indonesia tengah, sedangkan garis Weber membatasi
wilayah sebaran fauna dari tengah Indonesia dengan timur Indonesia.
1). Fauna Indonesia di Bagian Barat
Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Barat atau tipe asiatis mencakup wilayah Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah Indonesia ini seperti gajah, macan, tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan, monyet, bekantan, dan lain-lain. Di samping persebaran mamalia, di wilayah indonesia ini banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal, tokek, biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling. Berbagai jenis persebaran burung yang dapat ditemui seperti burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang, & berbagai macam unggas. Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (sejenis lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah Indonesia ini.
2).
Fauna Indonesia di Tengah atau Tipe Peralihan Indonesia
Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Tengah merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna Indonesia Tengah di sebut pula wilayah fauna kepulauan Wallace, mencakup Sulawesi, Maluku, Timor, & Nusa Tenggara serta sejumlah pulau kecil di sekitar pulau-pulau indonesia tersebut.
Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Tengah merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna Indonesia Tengah di sebut pula wilayah fauna kepulauan Wallace, mencakup Sulawesi, Maluku, Timor, & Nusa Tenggara serta sejumlah pulau kecil di sekitar pulau-pulau indonesia tersebut.
Fauna
yang menghuni wilayah Indonesia ini antara lain babi rusa, anoa, ikan duyung,
kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba, beruang, tarsius, sapi, &
banteng. Selain itu terdapat pula reptil, amfibi, & berbagai jenis burung.
Reptil yang terdapat di persebaran daerah Indonesia ini di antaranya biawak,
komodo, buaya, & ular. Berbagai macam fauna burung yang terdapat di wilayah
indonesia ini di antaranya maleo, burung dewata, mandar, raja udang, rangkong,
& kakatua nuri
3).
Fauna Indonesia di Bagian Timur Indonesia
Fauna dengan persebaran di bagian Timur Indonesia atau disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru. Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah Indonesia ini antara lain kangguru, beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat berkantung (oposum layang), kangguru pohon, & kelelawar. Di wilayah persebaran indonesia ini, tidak ditemukan kera.
Fauna dengan persebaran di bagian Timur Indonesia atau disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru. Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah Indonesia ini antara lain kangguru, beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat berkantung (oposum layang), kangguru pohon, & kelelawar. Di wilayah persebaran indonesia ini, tidak ditemukan kera.
Di
samping mamalia tersebut, terdapat pula persebaran reptil seperti biawak,
buaya, ular, kadal. Berbagai jenis burung ditemui di wilayah persebaran
indonesia ini di antaranya burung cenderawasih (burung ciri khas Indonesia
timur), nuri, raja udang, kasuari, dan namudur. Jenis ikan air tawar yang ada
di relatif sedikit.
Daftar Pustaka:
http://budisma.web.id/materi/sma/geografi/klasifikasi-iklim/
Komentar
Posting Komentar